Jumat, 19 September 2014

NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI

TEORI BELAJAR MENURUT NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI

A.    Pengertian dan Faktor Perkembangan Manusia Menurut Teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi
1.      Teori Nativisme
Nativisme merupakan kata dasar dari bahasa Latin, natus yang artinya lahir ataunativus yang mempunyai arti kelahiran (pembawaan). Nativisme merupakan sebuah doktrin yang berpengaruh besar terhadap teori pemikiran psikologis. Teori nativisme ini dipelopori oleh Arthur Schopenhauer (1788-1860), seorang filosof Jerman.
 ini  mengemukakan bahwa perkembangan manusia itu  telah ditentukan  oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (faktor pembawaan) baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan demikian.
Pembawaan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu kelak. Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu berpembawaan buruk, buruk pula pada masa pendewasaannya.
Potensi-potensi yang dimiliki seseorang adalah potensi hereditas (bawaan) bukan potensi pendidikan. Pendidikan dan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan  manusia. Teori ini juga termasuk dalam filsafat idealisme yang mengemukakan bahwa perkembangan seorang hanya ditentukan oleh keturunan yaitu faktor alam yang bersifat kodrati.
Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak. Dalam ilmu pendidikan teori nativisme ini dikenal sebagai pandangan pesemisme paedagogis. Teori ini disebut pula dengan Biologisme, karena mementingkan kehidupan individu saja, tanpa memperhatikan pengaruh-pengaruh dari luar. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh:
a.      Faktor genetik (keturunan)
b.      Faktor Kemampuan (bakat)
c.      Faktor Pertumbuhan
2.      Teori Empirisme
Nama asli teori ini adalah “The school of British Empiricism” (teori empirisme Inggris).Pelopor teori ini adalah John Locke (1632-1704). teori ini mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong (putih) yang belum ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak dilahirkan anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini kekuatan apa pada pendidik, pendidikan dan lingkungannya yang berkuasa atas pembentukan anak.
Teori empirisme ini merupakan kebalikan dari teori nativisme karena menganggap bahwa potensi atau pembawaan yang dimiliki seseorang itu sama sekali tidak ada pengaruhnya dalam upaya pendidikan. Semuanya ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu pendidikan. Teori ini disebut juga dengan Sosiologisme, karena sepenuhnya mementingkan atau menekankan pengaruh dari luar. Dalam ilmu pendidikan teori ini dikenal sebagai pandangan optimisme paedagogis.
3.      Teori  Konvergensi
Teori ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme, yang keduanya dipandang sangat berat sebelah. Tokoh utama teori konvergensi adalah Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof sekaligus sebagai psikolog Jerman.
Teori ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusiaFaktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman (lingkungan). Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinsai dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati seseorang bisa mendorong berfungsinya segenap kemampuannya. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan potensi psiko-fisiknya.
Dengan demikian, keadaan ini dapat dinyatakan bahwa faktor pembawaan maupun pengaruh lingkungan yang berdiri sendiri tidak dapat menentukan secara mutlak dan bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi atau struktur kejiwaan seseorang.
B.     Tujuan Teori Nativisme, Empirisme dan konvergensi dalam proses pembelajaran
Tujuan teori Nativisme, yaitu:
1.      Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
2.      Mendorong seseorang mewujudkan diri yang berkompetensi
3.      Mendorong seseorang dalam menetukan pilihan
4.      Mendorong seseorang untuk mengembangkan potensi dari dalam dirinya
5.      Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Tujuan teori Empirisme, yaitu:
1.      Sebagai faktor penentu bagi perkembangan seseorang yang bersumber dari berbagai sistem pendidikan.
2.      Mendorong seseorang dalam penguasaan terhadap bidang pengetahuan,
3.      Agar pendidikan seseorang menjadi relevan dan paling efektif yang  berorientasi pada pemberdayaan pendidikan dan pengalaman anak-didik itu sendiri.
Sedangkan tujuan teori belajar konvergensi adalah gabungan antara tujuan teori nativisme dan tujuan dari teori empirisme.
C.    Aplikasi dalam kehidupan
Berdasarkan teori nativisme, untuk mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka pelatiahan dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.
Sedangkan yang terjadi dari realisasi paradigma empirisme, salah satunya adalah munculnyareduksi terus-terusan atau bahkan penghilangan dimensi dan peranan in­ternal dalam proses pendidikan. Berpijak dari pandangan bahwa faktor ekstern manusia, merupakan faktor penentu, maka upaya yang dilaksanakan akan terus-terusan berorien­tasi pada pemberdayaan aspek luar diri manusia itu sen­diri. Reduksi dan bahkan penghilangan dimensi dan peranan internal manusia, justru akan mendorong dan mengarahkan manusia yang menjadi anak-didik ke arah “sekularisasi” kehidupan dari aspek-aspek rohani, terutama naluri keagamaan.
Dari bermacam-macam istilah teori perkembangan seperti tersebut di atas, teori konvergensi merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya. Sehingga teori ini merupakan salah satu hukum perkembangan individu di samping adanya hukum-hukum perkembangan yang lain.
Jadi, baik faktor pembawaan (gen) dan lingkungan itu diperlukan bagi seseorang meski hanya sekedar ada di dunia. Faktor bawaan dan lingkungan bekerja sama untuk menghasilkan kecerdasan temperamen, tinggi badan, berat badan, kecakapan membaca, dan sebagainya. Tanpa gen, tidak akan ada perkembangan, tanpa lingkungan tidak ada pula perkembangan karena pengaruh lingkungan tergantung pada karakteristik genetik bawaan, jadi dapat kita katakan bahwa ke-2 faktor di atas saling berinteraksi.

KESIMPULAN :
Dari semua pembahasan yang telah di bahas diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Teori nativisme dipelopori oleh  Arthur Schopenhauer (1788-1860), yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dibawa sejak lahir (faktor hereditas atau pembawaan) baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan demikian. Faktor ini meliputi faktor gen (keturunan), kemampuan (bakat) dan pertumbuhan mereka. Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak.
2.      Pelopor teori Empirisme adalah John Locke (1632-1704). Teori ini  merupakan kebalikan dari teori nativisme yang mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong (putih) yang belum ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak dilahirkan anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya dan potensi atau pembawaan yang dimiliki manusia itu sama sekali tidak ada pengaruhnya dalam upaya pendidikan. Semuanya ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu pendidikan.
3.      Pelopor teori konvergensi adalah Louis William Stern (1871-1938)Teori ini merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme yang menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusiaFaktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman (lingkungan). Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
4.      Tujuan dari teori nativisme, empirisme dan konvergensi adalah agar peserta didik terdoronguntuk mengembangkan potensi dari dalam dirinya demi mewujudkan diri yang berkompetensi semua itu tentunya tidak akan maksimal tanpa berorientasi pada pemberdayaan pendidikan dan pengalaman anak didik (pengaruh lingkungan). Maka, dapat disimpulkan bahwa faktor pembawaan dan lingkungan adalah merupakan kombinasi yang tidak dapat dipisahkan (saling berinteraksi) agar pendidikan seseorang menjadi lebih relevan, efektif dan efisien.
5.      Untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan faktor pembawaan (gen) dan lingkungan itu diperlukan bagi seseorang meski hanya sekedar ada di dunia. Faktor bawaan dan lingkungan bekerja sama untuk menghasilkan kecerdasan temperamen, tinggi badan, berat badan, kecakapan membaca, dan sebagainya. Salah satu caranya yaitu dengan mengadakan pelatihan atau kursus dalam pengembangan bakat yang berorientasi pada pemberdayaan sistem pendidkan.Tanpa gen, tidak akan ada perkembangan dan tanpa lingkungan tidak ada pula perkembangan karena pengaruh lingkungan tergantung pada karakteristik genetik bawaan, jadi dapat kita katakan bahwa ke-2 faktor di atas saling berinteraksi.
Di Indonesia sendiri, teori konvergensi inilah yang dapat diterima dan dijadikan pedoman seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara: “Tentang hubungan antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya ‘konvergensi’ yang berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi, sehingga garis dasar keadaan itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu.”


                                                   

APA ITU EMPIRISME ???

Dalam Islam, pandangan bahwa manusia merupakan makhluk berpengetahuan dan berkehendak, bukanlah pandangan yang asing. Sejak awal, Islam telah memberikan penghargaan terhadap segi berpikir  dan kebebasan manusia dalam berkreasi dan berkehendak. Penghargaan Islam terhadap dua aspek manusia ini, tumbuh dari konsep awal Islam itu sendiri,
Sebagai bukti, sejak awal Islam telah menanamkan konsep "iqra", QS. Al-'Alaq : 1-5 yang menjelaskan dan menekankan supaya manusia berpengetahuan dan berwawasan ilmiah. Konsep ini dijabarkan oleh prilaku rasul yang mementingkan terwujudnya  masyarakat berpera­daban (civil society) dalam arti berpengetahuan dan berwawasan.
Dalam masa selanjutnya, pandangan manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkehen­dak pun mengalami perkembangan pesat. Secara umum, hal itu telah memunculkan berbagai spekulasi dari para pemikir atau filosofis dan membentuk teori-teori pemikiran tentang masalah tersebut, mulai dari teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi. Teori-teori tersebut dapat mempengaruhi paradigma manusia dalam proses pendidikan atau pembelajaran mereka.
Teori-teori ini juga tidak terlepas dari pembahasan tentang hakekat manusia. Yang mana hakekat manusia tersebut akan memunculkan bagai­mana posisi dan eksistensi dari potensi manusia itu sen­diri, di samping interaksinya dengan faktor lingkungannya.
Manusia yang walaupun mempunyai potensi “ruhaniyah”, namun potensi manusia tersebut tidaklah menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri dalam proses penerimaan pengetahuannya.
Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada pendidikan dan lingkungan. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific psychology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.

DEFINISI ALIRAN EMPIRISME
Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan system materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum dan mekanisme. Prinsip dan metode empirisme diterapkan pertama kali oleh Jhon Locke, langkah utamanya adalah teori empirisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Menurut dia, segala pengetahuan dating dari pengalaman dan tidak lebih dari itu.
Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan cerminan dari kesan.



SEJARAH ALIRAN EMPIRISME
Aliran empirisme ini dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Gagasan pendidikan Locke dimuat dalam bukunya “Essay Concerning Human Understanding” . Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.

TOKOH DAN JENIS  ALIRAN EMPIRISME
Tokoh-tokoh penting dalam aliran empirisme :
  1. Jhon Locke
Lahir di kota Wringtone Kota Somerset Inggris tahun 1632 (meninggal tahun 1704)
  1. David Hume
Lahir di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Ia menempuh pendidikan di kota kelahirannya.
  1. Francis Bacon
Francis Bacon (1561-1626), lahir di London di tengah-tengah keluarga bangsawan Sir Nicholas Bacon.
Beberapa jenis aliran empirisme :
  1. Empirisme Kritis
Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori.
  1. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan filosofis dan ilmiah.
  1. Empirisme Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi.

PENERAPAN ALIRAN EMPIRISME
Empiris memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi. Berbeda dengan rasionalisme dengan titik tumpu pengetahuan berdasarkan rasio yang memang menempel secara alami, maka kita akan menemukan perbedaan tajam dengan aliran yang satu ini, yaitu empirisme. Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan manusia berdasarkan pengalaman. Atau meminjam kata-kata John Locke, salah satu dedengkotnya … “Manusia itu ibarat tabula rasa yang nantinya akan diwarnai oleh keadaan eksternalnya…”
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :
  1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
  2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
  3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
  4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran defisional logika dan matematika)
  5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman.
  6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

PENUTUP
Penalatan yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori dalam memahami fakta hanya bias sampai pada perumusan hipotesis. Penalaran hanya member jawaban sementara, bukan kesimpulan akhir. Oleh sebab itu agar sampai kepada kesimpulan akhir, Empirisme diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan jawaban dalam hipotesis. Untuk menguji jawaban-jawaban yang dikumpulkan, disusun dan dianalisis.
Namun demikian peranan empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data.

KESIMPULAN
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionallisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorenz. 2002. Kamus Filsafat, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/01/aposteriori/-apriori.html.

HARUSKAH MANUSIA DIDIDIK ???

Terkadang kita sebagai manusia bingung dan dan enggan memikirkan hal-hal yang memang tabu , untuk mencari malas, tapi keinginan banyak makanya timbulah keinginan itu hanya sebatas angan-angan dan khayalan. 
kali ini saya coba sajikan "Kenapa Manusia Harus diDidik?"  
1. HAKEKAT MANUSIA
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk monodualistis. Artinya adalah manusia yang nampaknya satu sebenarnya terdiri dari dua unsur yaitu unsur jiwa dan unsur raga. Disebut monodualis karena dua unsur tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebutan manusia tetap diberikan selama kedua unsur tersebut belum berpisah, artinya jiwa tetap ada dalam raga dan raga tetap ada dalam jiwa. Dalam kehidupannya sejak lahir kedunia,kedua unsur ini selalu berkembang menuju kearah yang lebih baik dan sempurna secara bersama-sama yang akhirnya diharapkan mencapai keselarasan,keserasian dan keseimbangnan dalam hidupnya.
Dari dua unsur yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan tersebut, William Stern, seorang ahli ilmu jiwa menyebutnya sebagai suatu unitas multipleks yang artinya adalah
  • - Unitas, artinya bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu jiwa dan raga yang merupakan suatu kesatuan bulat dan utuh yang tidak dapat dipisahkan.Kegiatan jiwa baru nampak apabila diwujudkan dalam kegiatan raga.Begitu pula sebaliknya bahwa kegiatan raga itu ada karena didorong oleh jiwa.
    - Multipleks,menunjuk pengertian bahwa sebenarnya jiwa dan raga masih terdiri dari banyak unsur. Yang disebut raga terdiri dari banyak unsur misalnya :rambut,kepala, alat pencernaan,tangan, kaki dan sebagainya.Sedangkan yang disebut jiwapun terdiri dari banyak unsur,unsur-unsuir yang kita kenal adalah gejala jiwa. Ada 4 unsur gejala jiwa yaitu :
1. Gejala cipta,misalnya pengamatan,khayalan,pikiran,ingatan.
2. Gejala rasa, misalnya harga diri, rasa senang dan tidak senang,rasa akan keindahan rasa sosial dan rasa kemanusiaan.
3. Gejala karsa, misalnya cita-cita,kehendak,hawa nafsu,hasrat,refleks.
4. Gejala campuran, artinya campuran dari gejala-gejala diatas,misalnyakecerdasan,perhatian,sugesti,kelebihan dan sebagainya.
Dari masing-masing gejala jiwa dan unsur raga tersebut juga merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, namun mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda-beda.Tugas dan fungsinya dapat dibedakan tetapi eksistensinya tidak dapat dipisahkan dan dibedakan
Hakekat manusia ditinjau dari agama, maka manusia terdiri dari makhluk duniawi dan makhluk ukhrowi.Manusia yang berkeyakinan bahwa setelah hidup didunia akan ada kehidupan lagi yaitu di alam akhirat dan akan hidup disana selamanya.Oleh karena itu selama hidup didunai manusia mengejar kebutuhan duniawi untuk memenuhi kepentingan hidup jiwa dan raganya yang sekaligus mempersiapkan diri untuk hidupnya diakhirat dalam rangka memenuhi kebutuhan jiwanya.
Menurut pendapat ahli yang lain bahwa manusia itu hakekatnya adalah makhluk yang berbudi(homo sapien), makhluk yang berakal(homo rational), makhluk yang bertuhan( homo religius),makhluk yang kreatif(homo faber), animal educadum(binatang yang dapat dididik), zon politicon(mempunyai kesadaran politik), sebagai makhluk etis( memahami kesadaran dan memahami norma-norma) dan sebagainya.Dari berbagai keterangan diatas, akhirnya kita mengerti bahwa manusia itu adalah makhluk yang monopluralis,artinya terdiri dari banyak segi tetapi mertupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan .
2. HAKEKAT PENDIDIKAN
Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa yunani, paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya membimbing atau tuntunan dan iek artinya ilmu. Jadi dari segi etimologinya berarti paedagogiek adalah ilmu yang membicarakan bagaimana cara menuntun atau membimbing anak.Dalam bahasa inggris pendidikan diterjemahkan dengan education,education dalam bahasa yunani berarti educare yang berarti membawa keluar yang tersimpan didalam jiwa anak untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.Dalam bahasa jawa pendidikan adalah panggulo wenthah yang artinya mengolah, membesarkan,mematangkan anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya.
Pendidikan dalam bahasa indonesia yang berati proses mendidik yang mempunyai dua hal yang saling berhubungan yaitu pendidik dan peserta didik, jadi mendidik mempunyai pengertia komunikasi dua arah. Definisi pendidikan banyak ragamnya tergantung dari sudut pandang masing-masing.Ada yang memberi definisi pendidikan dilihat dari bagaimana proses terjadinya pendidikan itu sendiri,tanpa melihat tujuan apa yang akan dicapai yang lebihbersifat deskriptif. Dilain pihak ada yang mendefinisikan pendidikan yang didasarkan pada tujuan apa yang hendak dicapai melalui proses pendidikan itu sendiri yang lebih bersifat normatif.
Berikut ini adalah beberapa contoh definisi mendidikdan pendidikan dari beberapa ahli :
1. Brubacher, dalam bukunya “Modern Philosophies of Education ” disebutkan bahwa pendidikan adalah proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam,teman dan dengan alam semesta.
2. M.J. Langeveld, mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada anak(yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri.
3. John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
4. Ki Hajar Dewantoro, pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran(intelek),dan jasmani anak-anak.Maksudnya adalah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup,yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.
5. Undang-undang RI no.2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perananya dimasa yang akan datang( pasal 1)
Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa :
1. Hakekat pendidikan adalah tuntunan /pimpinan / bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh sesorang kepada orang lain dan harus dapat merealisasikan potensi yang dimiliki oleh anak didik yang besrfat menumbuhkan serta mengembangkan baikjasmani maupun rohani
2. Hakekat pendidikan adalah proses mendidik yaitu proses interaksi yang positif antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara kedaulatan peserta didik dengan kewibawaan pendidik.
3. Hakekat pendidikan adalah usaha meningkatkan kualitas kehidup baik secara pribadi maupun masyarakat.
3. EMPAT ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
Masalah ini sudah lama diperdebatkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini nampak adanya beberapa teori yang mempertentangkan apakah pendidikan itu perlu atau tidak bagi manusia?. Hal ini tercermin dari lahirnya aliran-aliran pendidikan, diantaranya yang terkenal adalah 1).Empirisme, 2). Nativisme, 3). Naturalisme, 4).dan Konvergensi.
1. Aliran Empirisme
Aliran ini dipelopori oleh John Locke yang lahir tahun 1632,berpendapat bahwa ide-ide tidak dibawa sejak lahir akan tetapi muncul dari pengalaman indrawi,semua yang dipelajari didasarkan pada sensasi dan refleksi. Anak-anak belajar dan mengingat melalui ide-ide yang diasosiasikan yang berasal dari sensasi,ditirukan dengan pemahaman,ide-ide yang memberikan keberhasilan,kenikmatan dan kesenangan.
Locke membuat suatu perbedaan yang tajam antara pendidikan dan yang semata-mata diperoleh(melalui asosiasi) dari informasi verbal untuk diingan dan diceritakan.Ia menegaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan semua potensi yang terdapat pada anak baikjasmani dan roani,yang diperlukan supaya mereka sehat, berbudi, dan berhasil dalam kehidupannya.
Gagasan John Locke ini dimuat dalam bukuya “ Essay Concerning Human Understanding”, inti dari buku ini adalah tentang asal,kepastian, dan banyaknya pengetahuan manusia. Jiwa ini waktu dilahirkan masih putih bersih sebagaimana meja lilin(tabula rasae). Guru atau orang tua paling menentukan hasil pendidikan. Pendidikan dibentuk oleh pengalaman, bukan tergantung dari dasar. Dengan demikian ,ajar merupakan penentu akan menjadi apa anak kelak.Teori mendapat dukungan dari golongan behaviorisme yang dipelopori oleh Pavlov(Rusia) dan Watson(Amerika) bahkan Watson sanggup menjamin orang tua menginginkan jadi apa anaknya seniman,negarawan,usahawan,dokter,guru,ahli teknik,sastrawan,peneliti, bahkan perampok sekalipun, karena aliran ini mengabaikan bakat dan potensi-potensi yang dibawa sianaksejak lahir.
2. Aliran Nativisme
Aliran ini dipelopori oleh Arthur Schopenhouer (1788-1860) dan juga dianut oleh Prof. Heymans, secara etimologis nativis berarti pembawaan. Menurut teori ini pendidikan itu tidak perlu karena pendidikan tidak dapat mempengaruhi perkembangan manusia.Manusia lahir sudah dengan pembawaannya yang sama sekali tidak dapat diubah oleh pendidikan , bahkan dapat merusak perkembangan anak secara natural. Jadi anak hendaknya diberi kebebasan untuk tumbuh dan berkembang secara kodrati sebab secara kodrat anak adalah baik.
Aliran ini berpandangan, sekalipun diperukan pendidikan tetapi pendidikan yang bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir. Dengan kata lain, pendidikan tidak dimaksudkan untuk merubah karena memang dianggap tidak kuasa untuk merubah. Aliran ini bersifat pesimistik karena melihat sesuatu dengan kacamata hitam.
Aliran ini kurang populer untuk pengembangan konsep pendidikan , karena sesuai dengan sifat dasar pendidikan yakni merubah. Jika pembawaan lebih berperan berarti usaha pendidikan sia-sia.
3. Aliran Naturalisme
Aliran ini hampir sama dengan aliran nativisme, aliran naturalismedipelopori oleh Jean Jecques Rousseau (1712-1778) yang bersemboyan kembali ke alam “ back to basic ” dalam satu bukunya yang berjudul “emile “ ia berkata pada dasar manusia itu baik maka biarkanlah berkembang sesuai perkembangan alamnya..Jangan dididik seperti orang dewasa menurut ukuran ukuran orang dewasa.
Rousseau membagi rentang kehidupan individu menjadi 5 periode pertumbuhan. Periode pertama ialah masa bayi dan kanak-kanak( 0tahun-5tahun) periode ini jangan ada campur tangan orang dewasa terhadap dorongan dan tingkah laku alamiah anak, kedua usia 5 – 12 tahun, periode ini ditekankan pada latihan indra dan fisik melalui pengalaman, ketiga usia 12 – 15 tahun periode ini biarkanlan anak mencari dan menemukan untuk dirinya hukum alam dan ilmu pengetahuannya, keempat usia 15 – 20 tahun pada periode ini bawalah anak menjalani pengalaman-pengalaman sosial,moral dan fisik yang penting dan periode kelima adalah usia diatas 20 tahun,arahkanlah manusia dewasa awal ini pada pemilihan teman hidup yang cocok.
4. Aliran Konvergensi
Dipelopori oleh William Stern(1871 – 1938) seorang filsuf jerman yang menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh dan hasil perpaduan antara faktor bakat/pembawaan dan faktor alam sekitarnya. Faktor pembawaan atau potensi yang dibawa sejak lahir dapat berkembang apabila diberi rangsangan dari luar yang berupa pendidikan. Aliran ini didukung oleh Woodwarth dan Maqueis, termasuk di Indonesia berkembang aliran ini yang dipelopori Ki Hajar Dewantoro dengan “Taman Siswa” nya dan dikembangkan melalui prinsip trikon, yaitu konsentris,kontinuitas dan konvergen. Trikon ini menunjuk kepada pengaruh lingkungan dan pertemuan dari unsur-unsur anak dengan lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhannya secara terus menerus.
4. MENGAPA MANUSIA HARUS DIDIDIK ?
Bertolah dari aliran konvergensi inilah saya mencoba menganalisa dan memberi jawab mengapa manusia perlu mendapatkan pendidikan dan mengapa manusia harus dapat mendidik ?
Seperti telah diuraikan diatas bahwa pada hakekatnya manusia itu adalah animal educable (binatang yang dapat dididik) ,animal educandum (binatang yang harus dididik) dan homo educandus( makhluk yang dapat mendidik) . Dari hakekat ini jelas bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Oleh karena itu mengapa manusia perlu dididik maka dapat ditinjau dari berbagai aspek.
Pada waktu kehidupan permulaan(bayi/anak-anak), mula-mula yang paling berperan adalah dari segi fisik, kemudian secara berangsur-angsur segi rohani berganti memegang peranan penting. Perkembang fisik indifidu ditentukan oleh dua faktor yaitu maturation (kematangan) dan learning (belajar). Seorang anak akan dapat berjalan jika memiliki tulang-tulang kaki dan otot yang cukup kuat disertai dorongan untuk berjalan adalah faktor kematangan. Tetapi kematangan itu sendiri belum cukup untuk memiliki kemampuan untuk berjalan, ia harus belajar terus dan dibantu oleh orang lain.
Ditinjau dari sisi lain hakekat manusia adalah sebagai makhluk indifidu dan sosial makhluk dunia dan akhirat, terdiri dari unsur jiwa dan raga yang diciptakan oleh tuhan lewat hubungan orang tua untuk hiduh bersama secara sah lewat pernikahan, karena itu secara kodrat orang tua harus mendidik anak-anaknya secara bertanggung jawab.Orang tua tidak cukup hanya memberikan makan minum pakaian kepada anaknya,tetapi harus berusaha bagaimana agar anaknya menjadi pandai,bahagia berguna bagi masyarakat bangsa dan negara.
Pada hakekatnya usaha-usaha yang dlakukan dalam pendidikan memang tertuju pada masalah keseimbangan keselarasan dan keserasian perkembangan kepribadian dan kemampuan manusia.Emmanuel Kant mengatakan bahwa “ manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Prof. Dr.N. Driyarkoro memberi istilah “ hominisasi ke humanisasi “ (memanusiakan manusia). Jadi jika manusia itu tidak dididik maka tidak akan menjadi manusia yang sebenarnya.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan faktordari luar, Faktor dari dalam meliputi semua potensi yang dibawa sejak lahir, potensi ini tetap terpendam apabila tidak dikembangkan melalui pendidikan,inipun juga tergantung dari kemauan(aktivitet). Jadi pendidikan fungsinya untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut. Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia yaitu lingkungan alam.Artinya lingkungan anak dengan anak ,anak dengan orang dewasa, orang dewasa dengan orang dewasa yang saling berinteraksi.Lingkungan budaya berupa sopan santun,TV,majalah, dll.serta lingkungan alam secara geografisnya, namun karena perkembangan iptek pengaruh lingkungan alam dapat diatasi.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hakekat manusia dan hakekat pendidikan,kiranya cukup jelas dalam memberikan alasan mengapa manusia perlu dididik dan mendidik, pendidikan harus dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada manusia.Baik perkembangan cipta,rasa, karsa, ketrampilan, jasmani dan rohani, moral maupun ketuhanan. Dan didukung oleh lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sianak menuju kedewasaannya. (by.ZAINUDIN RIFAI,TP.2008).
DAFTAR PUSTAKA
Ekosusilo, M dan Kasihadi, R.B. 1993. Dasar-dasar pendidikan,Semarang.
Effhar Publishing.
Hasbullah,2006. Dasar-dasar ilmu pendidikanJakarta. PT Raja Grafindo Persada
Hidayanto, D.N. 2007. Pemikiran pendidikan dari filsafat ke ruang kelas . Jakarta : Transwacana.

Minggu, 14 September 2014

BEBERAPA RUMUS SATUAN

Berikut beberapa reverensi dari satuan
Besaran turunan
Rumus
Terdiri dari berapa besaran pokok
Dimensi Besaran turunan
Satuan Internasional Besaran turunan
Luas
Panjang  x lebar
Panjang (2)
[L2]
m2
Volume balok
Panjang x lebar x tinggi
Panjang (3)
[L3]
m3
Massa jenis
Massa / Volume
Massa (1), panjang (3)
[M] / [L3] = [M][L-3]
Kg/m3
Kecepatan
Jarak / waktu
Panjang (1), waktu (1)
[L] / [T] = [L] [T-1]
m/s
Percepatan
Kecepatan / waktu
Panjang (1), waktu (2)
[L] [T-1] / [T] = [L] [T-2]
m/s2
Gaya
Massa x percepatan
Massa (1), panjang (1), waktu (2)
[M][L][T-2]
Kg m/s2
Usaha
Gaya x perpindahan
Massa (1), panjang (2), waktu (2)
[M][L][T-2][L] = [M][L2][T-2]
Kg m2/s2

Contoh :
Untuk mengetahui jumlah besaran pokok, turunkan terlebih dahulu rumus besaran turunan.
Besaran turunan : Daya

Rumus Daya
P = W / t
Keterangan : P = daya, W = usaha, t = waktu
Waktu merupakan besaran pokok, sedangkan W merupakan besaran turunan karenanya turunkan lagi usaha hingga hanya terdapat besaran pokok.

Rumus Usaha
W = F s
Keterangan : W = usaha, F = gaya, s = Perpindahan
Perpindahan termasuk besaran pokok panjang, sedangkan gaya merupakan besaran turunan karenanya turunkan lagi gaya hingga hanya terdapat besaran pokok.

Rumus gaya
F = m a
Keterangan : F = gaya, m = massa, a = percepatan
Massa merupakan besaran pokok panjang, sedangkan percepatan merupakan besaran turunan karenanya turunkan lagi percepatan hingga hanya terdapat besaran pokok.

Rumus percepatan
a = v / t
Keterangan : a = percepatan, v = kecepatan, t = waktu
Waktu merupakan besaran pokok, sedangkan kecepatan merupakan besaran turunan karenanya turunkan lagi kecepatan hingga hanya terdapat besaran pokok.

Rumus kecepatan
v = s / t
Keterangan : v = kecepatan, s = perpindahan, t = waktu
Perpindahan termasuk besaran pokok panjang, waktu merupakan besaran pokok.

Rumus Daya
Susun kembali rumus daya :
Keterangan : m = massa, s = panjang, t = waktu

Besaran pokok
Daya terdiri dari satu besaran pokok massa, dua besaran pokokpanjang dan tiga besaran pokok waktu.

Dimensi Daya
Berdasarkan rumus daya yang hanya terdiri dari besaran pokok di atas maka dimensi daya adalah :
[M][L2] / [T3] = [M][L2][T3]

Satuan Internasional Daya
Berdasarkan rumus dan dimensi daya di atas maka satuan internasional daya adalah :
Kilogram meter kuadrat per sekon pangkat tiga (kg m2/s3)