Jumat, 19 September 2014

APA ITU EMPIRISME ???

Dalam Islam, pandangan bahwa manusia merupakan makhluk berpengetahuan dan berkehendak, bukanlah pandangan yang asing. Sejak awal, Islam telah memberikan penghargaan terhadap segi berpikir  dan kebebasan manusia dalam berkreasi dan berkehendak. Penghargaan Islam terhadap dua aspek manusia ini, tumbuh dari konsep awal Islam itu sendiri,
Sebagai bukti, sejak awal Islam telah menanamkan konsep "iqra", QS. Al-'Alaq : 1-5 yang menjelaskan dan menekankan supaya manusia berpengetahuan dan berwawasan ilmiah. Konsep ini dijabarkan oleh prilaku rasul yang mementingkan terwujudnya  masyarakat berpera­daban (civil society) dalam arti berpengetahuan dan berwawasan.
Dalam masa selanjutnya, pandangan manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkehen­dak pun mengalami perkembangan pesat. Secara umum, hal itu telah memunculkan berbagai spekulasi dari para pemikir atau filosofis dan membentuk teori-teori pemikiran tentang masalah tersebut, mulai dari teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi. Teori-teori tersebut dapat mempengaruhi paradigma manusia dalam proses pendidikan atau pembelajaran mereka.
Teori-teori ini juga tidak terlepas dari pembahasan tentang hakekat manusia. Yang mana hakekat manusia tersebut akan memunculkan bagai­mana posisi dan eksistensi dari potensi manusia itu sen­diri, di samping interaksinya dengan faktor lingkungannya.
Manusia yang walaupun mempunyai potensi “ruhaniyah”, namun potensi manusia tersebut tidaklah menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri dalam proses penerimaan pengetahuannya.
Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada pendidikan dan lingkungan. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific psychology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.

DEFINISI ALIRAN EMPIRISME
Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan system materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum dan mekanisme. Prinsip dan metode empirisme diterapkan pertama kali oleh Jhon Locke, langkah utamanya adalah teori empirisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Menurut dia, segala pengetahuan dating dari pengalaman dan tidak lebih dari itu.
Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan cerminan dari kesan.



SEJARAH ALIRAN EMPIRISME
Aliran empirisme ini dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Gagasan pendidikan Locke dimuat dalam bukunya “Essay Concerning Human Understanding” . Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.

TOKOH DAN JENIS  ALIRAN EMPIRISME
Tokoh-tokoh penting dalam aliran empirisme :
  1. Jhon Locke
Lahir di kota Wringtone Kota Somerset Inggris tahun 1632 (meninggal tahun 1704)
  1. David Hume
Lahir di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Ia menempuh pendidikan di kota kelahirannya.
  1. Francis Bacon
Francis Bacon (1561-1626), lahir di London di tengah-tengah keluarga bangsawan Sir Nicholas Bacon.
Beberapa jenis aliran empirisme :
  1. Empirisme Kritis
Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori.
  1. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan filosofis dan ilmiah.
  1. Empirisme Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi.

PENERAPAN ALIRAN EMPIRISME
Empiris memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi. Berbeda dengan rasionalisme dengan titik tumpu pengetahuan berdasarkan rasio yang memang menempel secara alami, maka kita akan menemukan perbedaan tajam dengan aliran yang satu ini, yaitu empirisme. Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan manusia berdasarkan pengalaman. Atau meminjam kata-kata John Locke, salah satu dedengkotnya … “Manusia itu ibarat tabula rasa yang nantinya akan diwarnai oleh keadaan eksternalnya…”
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :
  1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
  2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
  3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
  4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran defisional logika dan matematika)
  5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman.
  6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

PENUTUP
Penalatan yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori dalam memahami fakta hanya bias sampai pada perumusan hipotesis. Penalaran hanya member jawaban sementara, bukan kesimpulan akhir. Oleh sebab itu agar sampai kepada kesimpulan akhir, Empirisme diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan jawaban dalam hipotesis. Untuk menguji jawaban-jawaban yang dikumpulkan, disusun dan dianalisis.
Namun demikian peranan empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data.

KESIMPULAN
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionallisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorenz. 2002. Kamus Filsafat, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/01/aposteriori/-apriori.html.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Silakan